-Penyakit Musim Semi-
“ Lantas kau pergi, lalu kembali dalam wujud bayang-bayang
matahari.”- Seuaa13
Beberapa saat berlalu, setelah rasa
sakit, bahagia dan marah dilewati bersama-sama. Kini sosok paruh baya itu
tengah berada di dalam dekapan musim semi. Mata putihnya menghadap ke depan,
meraba keheningan.
Bunga-bunga yang mekar beriringan
dengan terbitnya mentari, aroma kayu cendana menguar, mencecapi setiap kusen
dan bantal bantal di atas sofa.
Seorang bibi dengan celemek yang
memakai celemek di badannya itu mmembuka pintu kaca lebar-lebar, membiarkan
majikannya bersandar di atas kursi goyang sembari menikmati terpaan sinar
matahari dan udara yang bagus.
“Aku akan membersihkan kebun
belakang.” Kata bibi itu, ia lantas meninggalkannya terayun tenang di kursi
goyangnya. Sambil menggumam pelan-pelan menyanyikan lagu lawas milik penyanyi
kenamaan yang ia tak tahu namanya.
‘Angin yang berhembus,
Riang burung dan,
gesekan daun yang bersinggungan
menumbuhkan asa baru melalui
tunasnya yang mungil
Hmm..hmm..hmm’ begitu seterusnya,
ia hanya menghafal beberapa kalimat saja.
Dulu sekali, saat keriputnya belum
muncul di sana-sini. Sekawanan anak-anak
yang berjumlah lima berkejaran, berlomba memanjat pohon ek, dan mencomot
kue-kue kering dari toples yang ia sediakan.
Musim semi saat itu sungguh
mengesankan. Setiap tahun, mengamati bunga-bunga yang mekar sembari mengamati
perkembangan bocah-bocah itu. Melihat tawa mereka, menemani masa puber gadis
berkucir kuda, dan mendamaikan dua anak lelaki yang berebut membawakan barang
belanjaannya. Bibirnya menipis, air matanya bergulir pelan dan mengering di
pipinya.
Kini, setelah salju mulai mencair, dan sinar matahari
menyelinap di sela dedaunan. Ia merasakan keheningan untuk pertama kalinya.
Sorot matanya yang rabun tidak dapat menjangkau indahnya bebungaan musim semi.
Aroma kue-kue sudah lenyap, tawa riang bocah yang berlarian juga menghilang
oleh desauan angin. Kemarin, ia baru saja diantar mengunjungi 5 makam yang ia
tak tahu milik siapa. Ia hanya merasakan musim semi kali ini dan seterusnya
akan berbeda dan entahlah, ia tak tahu sebabnya apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar